Nama : Annisaa El Husna
NPM : 20212986
Kelas : 4EB12
Mata Kuliahn: Etika Profesi
Kerangka Konseptual Akuntansi
Kerangka
konsepsual (conceptual framework): suatu sistem logis dari tujuan-tujuan dan
dasar-dasar yang saling terkait yang dapat mengarah pada standar-standar
konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi
keuangan dan laporan-laporan keuangan.
Kerangka
kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Yang
dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah
pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep
yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi
keuangan dan pelaporan.
Kerangka
konsepsual diperlukan untuk:
·
Mengumumkan lebih banyak standar yang
berguna dan konsisten di masa yang akan datang (dasarnya sama)
·
Masalah-masalah praktis yang baru
muncul, sehingga dapat dengan cepat dipecahkan dengan referensi kerangka teori
dasar yang sudah ada.
·
Kerangka kerja konseptual akan
meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan
keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
·
Masalah-masalah yang baru akan dapat
dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori yang telah ada
Konsep-Konsep Kerangka
Kerja Konseptual
Karakteristik Kualitatif
Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam
pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus memiliki
dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat
beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
a.
Kualitas Primer
Relevansi
(relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
1.
Relevansi.
Agar relevan informasi
akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu
mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan
yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak
relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back
value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu.
Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat
digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Selain itu kualitas
relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi
harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
2.
Keandalan.
Informasi dianggap
andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas
dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
Realibilitas sangat
diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
·
Daya Uji (verifiability): ditunjukkan
ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang
sama, mendapatkan hasil yang serupa.
·
Ketepatan
penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan
dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
·
Netralitas(neutrality): informasi
tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Info yang
disajikan harus faktual, benar dan tidak bias
3.
Keberdayaujian (verifiability).
Informasi harus dapat
diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada
keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed
assets harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur
(keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu
adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan,
taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.
4.
Kenetralan (neutrality).
Informasi akuntansi
dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena
itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada
kelompok tertentu.
5.
Kejujuran penyajian (representational
faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan
informasi yang disampaikan.
b.
Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang
harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan (comparability)
dan konsistensi (consistency).
1.
Keberdayabandingan.
Informasi akuntansi
akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan
vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
2.
Konsistensi.
Sebuah entitas
dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila
mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk
kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
Level 1 : Tujuan-tujuan Pelaporan Keuangan
FASB mulai bekerja dengan kerangka konseptual dengan melihat pada
tujuan-tujuan dasar dari pelaporan keuangan. Untuk menentukan tujuan-tujuan ini
memerlukan jawaban atas beberapa pertanyaan dasar yang kemudian disimpulkan
oleh FASB bahwa tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang :
Berguna bagi mereka yang membuat keputusan investasi dan kredit.
Membantu dalam memperkirakan arus kas di masa depan.
Mengidentifikasi sumber daya ekonomis (aset), klaim atas sumber daya
tersebut (kewajiban), serta perubahan dari sumber daya dan klaim tersebut.
Kemudian FASB berusaha untuk menggambarkan karakteristik-karakteristik yang
membuat informasi akuntansi berguna.
Level 2 : Karakteristik-karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Praktik akuntansi yang dipilih seharusnya adalah praktik yang memberikan
informasi keuangan berguna paling banyak untuk membuat sebuah
keputusan. Untuk menjadi berguna, informasi harus memiliki
karakteristik-karakteristik kualitatif berikut :
Relevansi (Relevanve)
Informasi akuntansi harus relevan, jika dapat membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi yang relevan memiliki nilai prediktif (predictive
value)/nilai umpan balik maupun keduanya. Nilai prediktif (predictive value)
yang dapat membantu pengguna meramalkan kejadian-kejadian di masa depan,
sedangkan nilai umpan balik (feedback value) mampu menguatkan atau memperbaiki
ekspetasi sebelumnya. Selain itu, informasi akuntansi memiliki relevansi jika
dianggap tepat waktu (timely) artinya informasi tersebut harus tersedia bagi
pembuat keputusan sebelum ia kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi
keputusan.
Dapat Diandalkan (Reliability)
Keandalan atau reliabilitas informasi berarti informasi itu terbebas dari
kesalahan dan bias. Agar dapat diandalkan, informasi akuntansi harus dapat
diverifikasi atau dapat membuktikan bahwa informasi tersebut terbebas dari
kesalahan dan bias. Lalu, merupakan penyajian yang jujur atas apa yang
seharusnya: Informasi ersebut harus berdasarkan fakta yang ada. Terakhir, informasi
harus netral artinya informasi tersebut tidak boleh dipilih, dibuat, atau
disajikan sesuai keinginan sekelompok pengguna yang berkepentingan diatas yang
lainnya.
Dapat Dibandingkan (Comparability)
Informasi akuntansi tentang perusahaan berguna ketika dapat dibandingkan
dengan informasi keuangan tentang perusahaan lainnya.
Perbandingan/komparabilitas dihasilkan ketika perusahaan-perusahaan yang
berbeda menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang sama. Satu-satunya kebutuhan
akuntansi adalah setiap perusahaan harus mengungkapkan metode-metode akuntansi
yan digunakan. Dari pengungkapan tersebut, pengguna dapat menentukan apakah
informasi keuangan dapat dibandingkan.
Konsistensi (Consistency)
Berarti sebuah perusahaan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Jika suatu perusahaan memilih metode
FIFO sebagai metode biaya persediaan pada tahun pertama beroperasi, maka
diharapkan perusahaan akan menggunakan metode FIFO pada tahun-tahun berikutnya.
Elemen-elemen Laporan Keuangan
Bagian yang penting dari kerangka konseptual akuntansi adalah
seperangkat definisi yang menggambarkan istilah-istilah dasar yang digunakan
dalam akuntansi. FASB mengacu pada seperangkat definisi ini sebagai
elemen-elemen laporan keuangan (elements of financial statement). Elemen-elemen
ini mencakup beberapa istilah seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan
beban. Oleh karena itu, elemen-elemen ini sangat penting karena harus dibatasi
dengan tepat dan diterapkan secara Universal.
Level 3 : Panduan-panduan Pengoperasian
Para akuntan yang berpraktik harus memecahkan maslah-masalah praktikna,
dibutuhkan bantuan yang lebih rinci. Pada kerangkaa konseptual, FASB
mengakui kebutuhan akan panduan pengoperasikan yang dikelompokkan menjadi tiga
panduan yang telah dibuat dengan baik dan diterima dalam akuntansi, yaitu :
Asumsi (assumption), merupakan dasar dari proses akuntansi.
Prinsip (principle), merupakan aturan khusus yang mengindikasikan bagaimana
kejadian-kejadian ekonomi harus dilaporkan dalam proses akuntansi.
Kendala (constraint), merupakan proses akuntansi yang memungkinkan
penyimpangan prinsip-prinsip tersebut di bawah kondisi-kondisi tertentu.
Sumber : Accounting
Principles (Wiley) hal.61
Sumber :
Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel, Accounting Principles Edisi 7 (Jakarta Selatan:Salemba Empat, 2013), hlm.58-61
http://muntiawardhani29.blogspot.co.id/2013/03/kerangka-konseptual.html